|
|
RESTRUKTURISASI
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PEMBINAAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI
BOLAVOLI PADA PENGDA PBVSI PROVINSI JAWA BARAT
|
PEMBINAAN MASYARAKAT
|
|
|
Oleh
: Dr. H. Deddy Pandji Santosa, M.Si
|
Desember 2012
|
MAKALAH
YANG DISAMPAIKAN PADA PENATARAN PEMBINAAN / PEMBENAHAN ORGANISASI DAN
MANAJEMEN KEPADA PARA PENGURUS CABANG PERSATUAN BOLAVOLI SELURUH INDONESIA (PBVSI) KABUPATEN / KOTA DAN
PENGURUS KLUB DI LINGKUNGAN PENGDA PBVSI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012
ABSTRAK
Pembangunan
Bangsa secara holistic haruslah menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat
secara luas, baik aspek Ilmu pengetahuan dan Teknologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, serta Budaya. Aspek – aspek
tersebut dapat dijabarkan salah satunya melalui Pembinaan olahraga prestasi.
Suatu
Negara dapat dikatakan sebagai Negara yang sudah maju dan modern salah satu
tolak ukurnya adalah seberapa jauh dan tinggi prestasi olah raganya di tingkat
regional maupun di tingkat internasional.
Selain
sebagai tolak ukur keberhasilan dari suatu Negara, olahraga prestasi juga dapat
menjadikan prestise dan kebanggaan bagi bangsa dan masyarakat Negara tersebut
serta dapat membantu meningkatkan rasa nasionalisme yang kuat bagi rakyatnya.
Olah
raga juga merupakan dasar pendidikan disiplin, menumbuhkan rasa solidaritas,
meningkatkan jiwa sportivitas, kejujuran, dan kesetiakawanan sosial,
kebersamaan dan gotong-royong yang kesemuanya ini merupakan Modal Sosial (
Social Capital) sebagai salah satu unsur penting dalam rangka membangun Bangsa
ke depan.
Pembinaan
olahraga prestasi di Indonesia dalam kurun waktu belakangan ini pasca reformasi
1998 mengalami kemunduran prestasi yang sangat tajam, hampir semua cabang olah
raga mengalami “miskin prestasi”.
Salah
satu penyebab dari keterpurukan prestasi dibidang olahraga adalah lemahnya
sistem dalam organisasi dan manajemen pembinaan bagi insan olah raga ( para
pengurus cabang olahraga, pelatih, wasit, atlit, dlsb).
Solusi
untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan mengadakan
seminar/pelatihan/ pembinaan dalam bidang pengelolaan organisasi dan manajemen
secara professional serta dengan melakukan Restrukturisasi pada Organisasi dan
manajemen PBVSI dari mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah.
Kata
kunci : Olah raga prestasi, PBVSI, Restrukturisasi organisasi.
I.
PENDAHULUAN
“Struktur
adalah kerangka organisasi yang merupakan visualisasi dari tugas, fungsi, garis
wewenang dan tanggungjawab, jabatan dan jumlah pejabat serta batas-batas formal
dalam hal apa organisasi itu beroperasi ( Santosa: 2012).
Gibson
( 1997:9), mengatakan bahwa : “Struktur organisasi adalah pola formal
mengelompokkan orang dan pekerjaan. Struktur organisasi berpengaruh terhadap
perilaku individu dan kelompok yang mencakup suatu organisasi. Struktur
organisasi juga merupakan variabel yang cukup penting. Konsep struktur mengacu
pada cara bagaimana departemen atau unit diatur dalam suatu sistem,
menggambarkan keterkaitan antara bagian-bagian dan cara pengaturan posisi di
dalam sistem. Dengan demikian manajemen menentukan struktur dengan mengikuti
unit-unit atau departemen secara bersama-sama berdasarkan garis kewenangan,
tanggungjawab, komunikasi dan kontrol”.
Berangkat dari teori di atas, maka
efisiensi dan efektivitas dari suatu organisasi yang sehat akan sangat
ditentukan oleh sejauh mana penerapan sistem dalam penempatan dan bentuk
struktur dari organisasi tersebut.
Struktur organisasi dibuat dengan di
dasarkan atas suatu kebutuhan dari suatu organisasi yang merupakan alat bagi
tercapainya sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Membahas mengenai sistem organisasi dan
manajemen khususnya dalam mengelola bidang olahraga prestasi, kita bisa belajar
dari Negara-negara maju di belahan barat yang telah dengan sungguh-sungguh
mengelola olahraga dengan menggunakan sistem yang modern dan professional serta
penggunaan Iptek melalui kajian-kajian ilmiah. Pengelolaan organisasi dan
manajemen pembinaan olahraga prestasi di Negara maju telah sedemikian rupa
berjalan sehingga olah raga saat ini sudah menjadi sebuah industri yang sangat
menjanjikan, tidak sedikit para insan olahraga prestasi, baik itu pengurus,
pelatih, atlit dan pihak yang terkait dengan dunia olahraga menjadikan olahraga
sebagai lahan bisnis atau bahkan dijadikan sebagai sumber mata-pencahariannya,
sudah banyak tercatat dalam sejarah perkembangan olahraga prestasi/modern yang
menjadikan para atlitnya sebagai idola dan pesohor/selebritis, dengan tingkat
penghasilan dan kekayaannya yang luar biasa sehingga bisa mengalahkan kekayaan
dari pengusaha-pengusaha besar (
konglomerat).
Di dalam perkembangannya olahraga sebagai
bagian dari pemupukan rasa nasionalisme kebangsaan dan juga dapat dijadikan
sebagai alat dalam pembangunan karakter bangsa ( Nation Character building), maka peran Negara menjadi
sangat penting dan dibutuhkan dalam memberikan andil kepada perkembangan dunia
olahraga pada khususnya. Hal ini sangat berkaitan dengan peran dan
tanggungjawab pemerintah yang memiliki tugas pembangunan dalam segala bidang
kehidupan. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa keberhasilan suatu
Negara dan pemerintah dalam membangun Negara bangsanya adalah dengan
meningkatnya pendapatan perkapita atau tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat dari tahun ke tahun. Apabila
tingkat kesejahteraannya sudah tinggi maka fokus berikutnya dari masyarakat
adalah akan merasa membutuhkan suatu sarana dalam rangka memunculkan eksistensi
diri dan prestise, bisa saja sebagai pelaku ataupun sebatas sebagai penikmat
dari dunia olahraga. Tingkat prestasi olahraga juga dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dan penilaian, sebagai bangsa yang maju dan bangsa yang memiliki tingkat peradaban
yang tinggi.
Ø OLAH RAGA PRESTASI DI INDONESIA
Berbicara mengenai olahraga prestasi di
Indonesia sungguh sangat memprihatinkan apabila kita semua mengikuti dengan
seksama perjalanan dunia olahraga prestasi di Negara kita.
Pada masa setelah Proklamasi pada tahun
1956 saja tercatat Indonesia sudah menjadi Negara peserta Olimpiade di Sidney
Australia yang diwakili oleh cabang olah raga sepak bola. Kemudian Indonesia
sejak itu prestasi olah raganya baik di tingkat regional maupun internasional
terus meningkat, terutama di cabang olah raga bulutangkis, sebagai pemegang
juara Dunia, juara Olimpiade, juara All England dan lain-lainnya, Indonesia
merajai dan mendominasi hingga beberapa dekade, cabang olah raga lainnya pun
hampir sama memiliki prestasi yang cukup membanggakan, pada setiap kegiatan
multi event seperti Asian Games, Sea Games dan Kejuaraan-kejuaraan
internasional, Indonesia selalu diperhitungkan oleh banyak Negara lainnya,
bahkan Indonesia telah berhasil memasukkan cabang olah raga pencak silat
sebagai warisan budaya asli Bangsa Indonesia sebagai cabang olah raga yang
diakui di seluruh dunia untuk dipertandingkan di tingkat internasional, hal itu
menjadikan rasa kebanggaan khusus bagi masyarakat Indonesia.
Pada pasca reformasi tahun 1998, terjadi
perubahan yang sangat fundamental bagi rakyat Indonesia, eforia kebebasan yang
kebablasan menjadi faktor penyebab keterpurukan bangsa disemua aspek kehidupan,
konflik terjadi dimana-mana, baik secara horizontal maupun secara vertikal,
sehingga hal ini menjadi berdampak negatif kepada sisi-sisi kehidupan masyarakat
juga terhadap perkembangan olahraga prestasi di Indonesia. Reformasi yang
terjadi tidak menyentuh masalah-masalah yang mendasar dan esensial, reformasi
yang terjadi hanya menyentuh bidang politik saja, sementara bidang-bidang
lainnya belum bahkan tidak tersentuh oleh gerakan reformasi tersebut. Reformasi
tidak menyentuh bidang yang berkaitan dengan pembinaan olahraga prestasi,
sebagai contoh reformasi administrasi publik, reformasi birokrasi, reformasi
organisasi lembaga Negara dan lain-lain yang berujung kepada berkurangnya
perhatian Negara kepada pembinaan prestasi olahraga prestasi terutama yang
berkaitan dengan penganggaran dan biaya pembinaan.
Dampak lainnya dan sangat mendasar yang sangat terasa bagi
perkembangan prestasi olah raga di Indonesia ialah dengan tidak adanya
kejelasan kepada para insan olah raga khususnya para pelatih dan para atlit
mengenai masa depan kehidupannya, mereka dihadapkan kepada dua pilihan; apakah
akan menggeluti terus bidang olah raga atau : berbalik arah melanjutkan sekolah
atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak atlit yang masih
memiliki potensi kehilangan motivasinya untuk berprestasi karena dihadapkan
dengan tuntutan kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh fakta yang jelas ditemui
di kalangan dunia olah raga, dimana atlit-atlit yang pada masa jayanya
memberikan sumbangsih prestasi bagi Negara dengan prestasinya yang mengharumkan
nama bangsa di dunia internasional, pada masa-masa setelah tidak berprestasi
lagi kehidupannya sangat memprihatinkan, ada beberapa peraih medali emas di
Asian Games dan kejuaraan lainnya, profesinya hanya sebagai tukang beca, tukang
dagang teh botol, dan sebagai tukang parkir, dan banyak lagi contohnya. Kondisi
seperti inilah yang mengakibatkan para orang tua tidak berkenan lagi mendorong
para anak-anaknya untuk menggeluti dunia olah raga prestasi, mereka lebih
mendorong anak-anaknya untuk memilih sekolah demi masa depannya dibandingkan
dengan berprestasi di bidang olah raga, dengan demikian maka semakin sedikit
potensi atau bibit-bibit calon olahragawan di Indonesia.
Ø Sistem dan Pola Pembinaan Olahraga
prestasi di Indonesia.
Salah satu penyebab utama dari terpuruknya
prestasi olah raga di Indonesia yang diakibatkan oleh reformasi politik adalah
lemahnya penerapan sistem pembinaan dari organisasi dan manajemen oleh para
pengurus cabang olah raga prestasi di Indonesia. Banyak pengurus cabang olah
raga tidak memiliki skill dan kompetensi di bidang olah raga, mereka berangkat
dari kalangan politisi, Ormas dll, olah raga hanya dijadikan tempat untuk
mempromosikan diri sebagai anggota dewan, baik tingkat pusat maupun tingkat
kabupaten/kota, menjadi pengurus olah raga hanya dijadikan alat sebagai lahan
pencarian materi bagi kepentingan kelompoknya, prestasi olah raga bukan lagi
menjadi prioritas utama, organisasi dan manajemen pembinaan olah raga prestasi
menjadi salah urus, sistem pembinaan dan pola pembibitan tidak berjenjang, cara
rekrutmen atlit lebih bersifat dadakan secara sporadis disesuaikan dengan
situasi dan kondisi saat itu, pembinaan terkesan asal-asalan sehingga
menghasilkan prestasi olahraga menjadi seadanya dan asal-asalan juga. Di
samping itu para Pembina dan pengurus cabang olahraga prestasi lebih fokus
kepada bagaimana mencari dana sebanyak-banyaknya, tetapi hanya sedikit yang
disalurkan kepada kebutuhan pembinaan atlit untuk berprestasi.
Kondisi seperti ini terjadi di semua cabang
olah raga prestasi, dimana akhirnya membuat para insan olah raga menjadi
apatis, kehilangan kepedulian dengan perkembangan olahraga prestasi di
Indonesia, para pemerhati, sponsor, donator, masyarakat peduli olah raga, tidak
lagi mempunyai keinginan berkontribusi bagi peningkatan prestasi olah raga,
dimana hal ini salah satunya disebabkan tidak adanya transparansi dari sisi
penggunaan anggaran/keuangan oleh para pengurus dari cabang olahraga tsb.
Ø Pembinaan Olah Raga Bolavoli di Jawa
Barat
Berbicara mengenai olah raga prestasi di
Indonesia salah satunya adalah cabang olah raga bolavoli, yang terdiri dari bola
voli indoor dan bolavoli pantai/pasir. Sebagai contoh saya mengambil sampel
cabang olahraga bolavoli di Jawa Barat. Sebagaimana kita ketahui cabang olah
raga bolavoli adalah merupakan cabang yang paling banyak diminati dan populer
di masyarakat bahkan hanya cabang ini lah yang sanggup menyentuh sampai ke
tingkat wilayah paling bawah yaitu dipertandingkan baik oleh remaja, ibu-ibu
para orang tua setiap perayaan hari proklamasi 17 Agustus di tingkat RT. Cabang
olahraga bolavoli disamping sebagai olahraga prestasi juga merupakan olahraga
rekreasi yang secara luas digandrungi dan disukai oleh berbagai lapisan masyarakat
secara luas, dan apabila para pembina dan para pencari bakat bagi calon-calon
atlit bolavoli tidak akan menemui banyak kesulitan. Jawa
Barat pada beberapa tahun kebelakang adalah sebagai penyuplai atlit-atlitnya di
tingkat nasional/penghuni Pelatnas ( Pusat Pelatihan Nasional) yang
dipersiapkan mewakili Indonesia ke ajang Event internasional, contohnya untuk
bolavoli indoor putra saja, atlit penghuni Pelatnas dari Jawa Barat sebanyak 6 (enam) orang, atlit putri penghuni Pelatnas
hampir semua pemain intinya berasal dari Jawa Barat, atlit bolavoli
pantai/pasir putra dan putri juga beberapa diisi oleh atlit dari Jawa Barat.
Tetapi sekarang pada kenyataannya tidak ada satupun atlit maupun pelatih
khususnya di kelompok putra yang berasal dari Jawa Barat, ini membuktikan
dengan jelas bahwa pembinaan prestasi olah raga prestasi di Jawa Barat
khususnya cabang bola voli mengalami penurunan atau kemunduran.
Berdasarkan observasi dan pemantauan yang
cukup lama dengan ditambah lagi data dan fakta
yang secara langsung dialami oleh penulis, maka dapat disimpulkan
sementara bahwa penyebab utama dari kemunduran prestasi olah raga khusunya
cabang olahraga bolavoli adalah salah urus dari sisi organisasi dan manajemen
pembinaan, mulai dari pembibitan, cara rekrutmen/penjaringan atlit, metode
pelatihan dan penyelenggaraan pertandingan atau kompetisi yang secara kualitas
dan kuantitas belum memadai.
Berbagai pengertian organisasi telah dirumuskan para
ahli diantaranya:
1. Organisasi adalah sekumpulan individu yg bekerja sama untuk mencapai
tujuan dan unsur-unsurnya sbb:
a) Suatu
organisasi terbentuk dari sejumlah orang atau individu
b) Organisasi
dirancang atau dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu
c) Dalam
organisasi terdapat suatu struktur formal yg memungkinkan terjadinya komunikasi
dan kolaborasi
d) Dalam
organisasi terdapat pembagian kerja yg dirancang untuk mengalokasikan
tanggungjawab, baik dalam penyusunan kebijakan maupun dalam mengendalikan
kegiatan yg dikerjakan untuk mencapai tujuan yg dikehendaki. ( Petters,
1967:35).
Organisasi adalah unit-unit sosial (pengelompokan
manusia) yg dibentuk dan dibentuk kembali dengan sengaja untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu, yg mempunyai ciri sbb:
a) Adanya
pembagian tanggungjawab serta kekuasaan dan komunikasi
b) Adanya
satu atau lebih pusat kekuasaan yg mengendalikan usaha organisasi bagi
tercapainya tujuan organisasi ( Etzioni ,1964:3).
Disamping faktor Organisasi maka sisi lain yg sama
pentingnya adalah Manajemen, guna menjamin keberhasilan penyelenggaraan pembinaan
olah raga prestasi.
Manajemen dapat
dirumuskan dalam berbagai rumusan, tetapi secara prinsip terdapat
sekurang-kurangnya lima fungsi pokok manajemen ialah:
1. Perencanaan ( Planning)
2. Pengorganisasian ( Organizing)
3. Penyusunan personalia ( Structuring)
4. Pengarahan ( Actuating)
5. Pengawasan ( Controling)
Ke lima fungsi
ini merupakan fungsi pokok yg harus dilaksanakan agar kelangsungan hidup suatu
organisasi dapat dipertahankan. Demikian pula dengan organisasi Olah raga
prestasi seperti halnya PBVSI, ( Santosa, 2012).
Ø Contoh Struktur Organisasi PBVSI yang lebih Efisien dan efektif.
PENGCAB-PENGCAB DI KABUPATEN/KOTA
|
Faktor-faktor dari organisasi dan manajemen
yang secara kongkrit memberikan kontribusi kepada penurunan prestasi olahraga
bolavoli di Jawa Barat khususnya dan Nasional pada umumnya antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Faktor
kepemimpinan : Kepemimpinan yang lemah, tidak tegas dan tidak konsisten, pada
setiap tingkatan kepengurusan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat cabang.
2. Faktor
Struktur : Struktur organisasi yang
gemuk tetapi miskin fungsi
3. Faktor
tugan dan wewenag : Tidak adanya kejelasan mengenai tugas dan wewenang dari
setiap pengurus serta tidak memiliki SOP yang jelas, serta job diskripsi atau
pembagian tugas secara tegas.
4. Faktor
Skill : Tidak dimilikinya skill dan kompetensi dalam bidang olahraga khususnya
cabang olahraga bolavoli
5. Faktor
Kepengurusan : Para pengurus cabang maupun daerah bukan dan tidak memiliki
atlit binaan ( tidak memiliki klub)
6. Faktor
Transparansi : Tidak adanya transparansi anggaran dan keuangan
7. Faktor
Perencanaan : Tidak memiliki Roadmap ( program /target jangka panjang bagi pembinaan).
8. Faktor
Anggaran : Kurangnya anggaran dan biaya pembinaan dari KONI atau Pemerintah
kepada klub-klub Pembina atlit di daerah-daerah.
9. Faktor Sarana dan prasarana : Sarana dan prasarana yang
terbatas dan kurang memadai bagi peningkatan prestasi
10. Faktor
Pengurus: Pengurus organisasi cabang olahraga tidak memperhatikan dan
memperjuangkan masa depan para pelatih dan para atlit pasca berhenti
berprastasi.
11. Faktor
teknis: kurangnya pelaksanaan kompetisi baik di tingkat Provinsi maupun tingkat
daerah Kabupaten/Kota bahkan sampai di tingkat kecamatan dan desa.
12. Faktor
Kompetisi: kompetisi olahraga bolavoli
seharusnya melibatkan semua komponen masyarakat, misalnya kompetisi berjenjang
dari usia pemula, usia remaja, usia dewasa, baik itu antar sekolah dasar ( SD),
antar sekolah menengah pertama ( SMP), antar sekolah menengah atas ( SMA/SMK), antar
perguruan tinggi ( PT), antar perusahaan ( Bank, BUMN dan Swasta lainnya, antar
Dinas-Dinas, antar Instansi, antar Lembaga dan lain lainnya, sehingga olahraga
akhirnya merupakan sebuah kebutuhan yang mendasar serta dengan mengembalikan
slogan yang dahulu pernah populer yaitu “Memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat”.
Ø Solusi penyelesaian permasalahan
pokok.
Secara garis besarnya Agar Penyelenggaraan Pembinaan olahraga
prestasi dapat benar-benar berjalan dengan baik dan efektif haruslah senantiasa
memperhatikan dan menerapkan berbagai asas ataupun fungsi yg terdapat pada
organisasi dan manajemen. Tanpa adanya kemauan dan kemampuan untuk itu, sulit
diharapkan penyelenggaraan pembinaan olahraga prestasi pada semua cabang
olahraga di Indonesia dapat benar-benar baik dan sehat.
Realita di lapangan menyatakan
bahwa penyelenggaraan pembinaan olahraga
prestasi di Indonesia membuktikan bahwa masalah atau faktor organisasi dan
Manajemen ini masih merupakan titik rawan.
.
Penelitian mengungkapkan bahwa : Ketidakjelasan dalam uraian tugas ( job
discription), struktur organisasi yg ruwet dan sebagainya, merupakan
kendala-kendala organisatoris dan manajerial yg dihadapinya. Karena itulah,
Pemerintah dan para Pembina olahraga prestasi perlu memberikan perhatiannya yang
sungguh-sungguh pada masalah Organisasi dan Manajemen ini.
Di
dalam rangka penyelesaian permasalahan pokok yang telah dipaparkan di muka maka
ada beberapa langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh seluruh stake
holder insan bolavoli terutama dalam hal ini pemerintah melalui Kemenpora dan
Koni/Koi.
Strategi
pertama : Melakukan pembenahan dalam hal regulasi dan kebijakan yang menyangkut
perihal tata cara berorganisasi di lingkungan olah raga ( perumusan kembali
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ( AD/ART) dari semua cabang
olahraga prestasi.
Strategi
kedua : Perampingan struktur organisasi sehingga menjadi efisien dan efektif
didalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Strategi
ketiga : Dibuatkan sistem dan mekanisme kerja serta Standar Operating Prosedure
( SOP) yang lebih jelas dan dibuatkannya uraian tugas ( job discriptions) secara
tegas dan konsisten.
Strategi
keempat : Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pemerintah, baik itu
Kemenpora, Kemendikbud, Koni, Koi, Media Cetak maupun media elektronik, dunia
bisnis dan lembaga swasta lainnya yang berhubungan dengan ke olahragaan.
Strategi
kelima : Melaksanakan pelatihan melalui seminar-seminar kepada para pengurus
dan Pembina mengenai materi pengelolaan organisasi dan manajemen pembinaan
olahraga prestasi yang modern dan professional dengan mengundang para nara
sumber yang akhli dan piawai di bidangnya.
Strategi
keenam : Melaksanakan Rekrutmen bibit-bibit atlit semua cabang olahraga dengan
ketat yang dilaksanakan oleh Kemenpora bekerjasama dengan Koni/Koi, yang
kemudian dilaksanakan pemusatan latihan secara nasional dalam jangka panjang yang
sepenuhnya dibawah tanggungan Negara.
Dengan demikian apabila disimpulkan secara
lebih ringkas maka : “Untuk memperbaiki dan menjadikan solusi bagi prestasi
olah raga bolavoli di Jawa Barat khususnya dan semua cabang olah raga pada
umumnya, yaitu dengan mengatasi dan kalau mungkin harus menghilangkan dengan
segera semua kendala-kendala yang telah menjadikan prestasi olaraga menjadi
terpuruk seperti sekarang ini.
Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya
adalah : Bagaimana melakukan/melaksanakan/memilih/menempatan orang-orang
sebagai pengurus cabang olahraga bolavoli khususnya dan cabang olahraga
lainnya, harus benar-benar jatuh kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan
memiliki komitmen yang kuat tanpa mehitung untung ruginya dalam mengurus dan
membina serta memajukan cabang olagraga bolavoli dan cabang-cabang olahraga
lainnya di Jawa Barat khususnya dan di tingkat nasional umumnya.
Hal yang sangat penting lainnya dan masalah
yang paling mendasar dalam rangka meningkatkan semangat dan motivasi dari para
atlit olahraga prestasi adalah dengan memberikan Jaminan bagi masa depan atlit yang
seharusnyalah datang dari pemerintah dengan menyediakan lapangan kerja atau
memberikan kesempatan untuk bekerja di pemerintahan sebagai hadiah atau reward
atas hasil perjuangan dan pengorbanannya baik waktu, tenaga dan segala-galanya sebagai
bentuk pengabdian kepada Negara melalui bidang olahraga prestasi. Sehingga pada
gilirannya motivasi dan kecenderungan orang untuk menggeluti dunia olahraga
prestasi akan semakin meningkat dan pada gilirannya akan membuat/menjadikan
bermunculannya bibit-bibit baru yang potensial yang akhirnya akan kembali
memberikan kontribusi kepada peningkatan prestasi olahraga di Indonesia dan
puncaknya akan menjadikan seluruh masyarakat memiliki rasa kebanggaan kepada
para atlitnya.
Demikian tulisan ini semoga menjadi bahan
renungan bagi kita semua dan semoga olahraga prestasi di Indonesia kembali
membawa nama harum bangsa Indonesia di tingkat Dunia.
Amien.
Latar
belakang Penulis
Nama : DR. H. Deddy Pandji Santosa,
S.Sos,.M.Si
1. Penulis adalah sebagai Pembina bolavoli klub
Kotab’99,
2. Pengurus PBVSI Kota Bandung Periode 1995-2005,
3. Pengurus PBVSI Jawa Barat Bidang Bolavoli
Pantai/pasir Periode 1997 – 2011,
4. Manajer Bolavoli Yunior pa/pi indoor/pasir Jawa
Barat ( 1996, 1997, 1998, 2000),
5. Manajer bolavoli pasir yunior/senior pa/pi, pada
beberapa kejuaraan tingkat nasional dan kualifikasi PON Th 2004, 2008, dan
berbagai event lainnya.