Selasa, 05 November 2013

MAKALAH ILMIAH ( ORGANISASI & MANAJEMEN PEMBINAAN)





RESTRUKTURISASI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PEMBINAAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BOLAVOLI PADA PENGDA PBVSI PROVINSI JAWA BARAT
PEMBINAAN  MASYARAKAT


Oleh : Dr. H. Deddy Pandji Santosa, M.Si

Desember 2012




 MAKALAH  YANG DISAMPAIKAN PADA PENATARAN PEMBINAAN / PEMBENAHAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN KEPADA PARA PENGURUS CABANG PERSATUAN BOLAVOLI  SELURUH INDONESIA (PBVSI) KABUPATEN / KOTA DAN PENGURUS KLUB DI LINGKUNGAN PENGDA PBVSI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012     







ABSTRAK


Pembangunan Bangsa secara holistic haruslah menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat secara luas, baik aspek Ilmu pengetahuan dan Teknologi, Politik, Ekonomi, Sosial, serta Budaya.  Aspek – aspek tersebut dapat dijabarkan salah satunya melalui Pembinaan olahraga prestasi.
Suatu Negara dapat dikatakan sebagai Negara yang sudah maju dan modern salah satu tolak ukurnya adalah seberapa jauh dan tinggi prestasi olah raganya di tingkat regional maupun di tingkat  internasional.
Selain sebagai tolak ukur keberhasilan dari suatu Negara, olahraga prestasi juga dapat menjadikan prestise dan kebanggaan bagi bangsa dan masyarakat Negara tersebut serta dapat membantu meningkatkan rasa nasionalisme yang kuat bagi rakyatnya.
Olah raga juga merupakan dasar pendidikan disiplin, menumbuhkan rasa solidaritas, meningkatkan jiwa sportivitas, kejujuran, dan kesetiakawanan sosial, kebersamaan dan gotong-royong yang kesemuanya ini merupakan Modal Sosial ( Social Capital) sebagai salah satu unsur penting dalam rangka membangun Bangsa ke depan.
Pembinaan olahraga prestasi di Indonesia dalam kurun waktu belakangan ini pasca reformasi 1998 mengalami kemunduran prestasi yang sangat tajam, hampir semua cabang olah raga mengalami “miskin prestasi”.
Salah satu penyebab dari keterpurukan prestasi dibidang olahraga adalah lemahnya sistem dalam organisasi dan manajemen pembinaan bagi insan olah raga ( para pengurus cabang olahraga, pelatih, wasit, atlit, dlsb).
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan mengadakan seminar/pelatihan/ pembinaan dalam bidang pengelolaan organisasi dan manajemen secara professional serta dengan melakukan Restrukturisasi pada Organisasi dan manajemen PBVSI dari mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah.
Kata kunci : Olah raga prestasi, PBVSI, Restrukturisasi organisasi.



I.                   PENDAHULUAN
Struktur adalah kerangka organisasi yang merupakan visualisasi dari tugas, fungsi, garis wewenang dan tanggungjawab, jabatan dan jumlah pejabat serta batas-batas formal dalam hal apa organisasi itu beroperasi ( Santosa: 2012).
Gibson ( 1997:9), mengatakan bahwa : “Struktur organisasi adalah pola formal mengelompokkan orang dan pekerjaan. Struktur organisasi berpengaruh terhadap perilaku individu dan kelompok yang mencakup suatu organisasi. Struktur organisasi juga merupakan variabel yang cukup penting. Konsep struktur mengacu pada cara bagaimana departemen atau unit diatur dalam suatu sistem, menggambarkan keterkaitan antara bagian-bagian dan cara pengaturan posisi di dalam sistem. Dengan demikian manajemen menentukan struktur dengan mengikuti unit-unit atau departemen secara bersama-sama berdasarkan garis kewenangan, tanggungjawab, komunikasi dan kontrol”.

Berangkat dari teori di atas, maka efisiensi dan efektivitas dari suatu organisasi yang sehat akan sangat ditentukan oleh sejauh mana penerapan sistem dalam penempatan dan bentuk struktur dari organisasi tersebut.
Struktur organisasi dibuat dengan di dasarkan atas suatu kebutuhan dari suatu organisasi yang merupakan alat bagi tercapainya sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Membahas mengenai sistem organisasi dan manajemen khususnya dalam mengelola bidang olahraga prestasi, kita bisa belajar dari Negara-negara maju di belahan barat yang telah dengan sungguh-sungguh mengelola olahraga dengan menggunakan sistem yang modern dan professional serta penggunaan Iptek melalui kajian-kajian ilmiah. Pengelolaan organisasi dan manajemen pembinaan olahraga prestasi di Negara maju telah sedemikian rupa berjalan sehingga olah raga saat ini sudah menjadi sebuah industri yang sangat menjanjikan, tidak sedikit para insan olahraga prestasi, baik itu pengurus, pelatih, atlit dan pihak yang terkait dengan dunia olahraga menjadikan olahraga sebagai lahan bisnis atau bahkan dijadikan sebagai sumber mata-pencahariannya, sudah banyak tercatat dalam sejarah perkembangan olahraga prestasi/modern yang menjadikan para atlitnya sebagai idola dan pesohor/selebritis, dengan tingkat penghasilan dan kekayaannya yang luar biasa sehingga bisa mengalahkan kekayaan dari pengusaha-pengusaha besar           ( konglomerat).
Di dalam perkembangannya olahraga sebagai bagian dari pemupukan rasa nasionalisme kebangsaan dan juga dapat dijadikan sebagai alat dalam pembangunan karakter bangsa ( Nation Character building), maka peran Negara menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam memberikan andil kepada perkembangan dunia olahraga pada khususnya. Hal ini sangat berkaitan dengan peran dan tanggungjawab pemerintah yang memiliki tugas pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa keberhasilan suatu Negara dan pemerintah dalam membangun Negara bangsanya adalah dengan meningkatnya pendapatan perkapita atau tingkat kesejahteraan rakyatnya  meningkat dari tahun ke tahun. Apabila tingkat kesejahteraannya sudah tinggi maka fokus berikutnya dari masyarakat adalah akan merasa membutuhkan suatu sarana dalam rangka memunculkan eksistensi diri dan prestise, bisa saja sebagai pelaku ataupun sebatas sebagai penikmat dari dunia olahraga. Tingkat prestasi olahraga juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan penilaian, sebagai bangsa yang maju dan bangsa yang memiliki tingkat peradaban yang tinggi.
Ø  OLAH RAGA PRESTASI DI INDONESIA
Berbicara mengenai olahraga prestasi di Indonesia sungguh sangat memprihatinkan apabila kita semua mengikuti dengan seksama perjalanan dunia olahraga prestasi di Negara kita.
Pada masa setelah Proklamasi pada tahun 1956 saja tercatat Indonesia sudah menjadi Negara peserta Olimpiade di Sidney Australia yang diwakili oleh cabang olah raga sepak bola. Kemudian Indonesia sejak itu prestasi olah raganya baik di tingkat regional maupun internasional terus meningkat, terutama di cabang olah raga bulutangkis, sebagai pemegang juara Dunia, juara Olimpiade, juara All England dan lain-lainnya, Indonesia merajai dan mendominasi hingga beberapa dekade, cabang olah raga lainnya pun hampir sama memiliki prestasi yang cukup membanggakan, pada setiap kegiatan multi event seperti Asian Games, Sea Games dan Kejuaraan-kejuaraan internasional, Indonesia selalu diperhitungkan oleh banyak Negara lainnya, bahkan Indonesia telah berhasil memasukkan cabang olah raga pencak silat sebagai warisan budaya asli Bangsa Indonesia sebagai cabang olah raga yang diakui di seluruh dunia untuk dipertandingkan di tingkat internasional, hal itu menjadikan rasa kebanggaan khusus bagi masyarakat Indonesia.
Pada pasca reformasi tahun 1998, terjadi perubahan yang sangat fundamental bagi rakyat Indonesia, eforia kebebasan yang kebablasan menjadi faktor penyebab keterpurukan bangsa disemua aspek kehidupan, konflik terjadi dimana-mana, baik secara horizontal maupun secara vertikal, sehingga hal ini menjadi berdampak negatif kepada sisi-sisi kehidupan masyarakat juga terhadap perkembangan olahraga prestasi di Indonesia. Reformasi yang terjadi tidak menyentuh masalah-masalah yang mendasar dan esensial, reformasi yang terjadi hanya menyentuh bidang politik saja, sementara bidang-bidang lainnya belum bahkan tidak tersentuh oleh gerakan reformasi tersebut. Reformasi tidak menyentuh bidang yang berkaitan dengan pembinaan olahraga prestasi, sebagai contoh reformasi administrasi publik, reformasi birokrasi, reformasi organisasi lembaga Negara dan lain-lain yang berujung kepada berkurangnya perhatian Negara kepada pembinaan prestasi olahraga prestasi terutama yang berkaitan dengan penganggaran dan biaya pembinaan.
Dampak lainnya  dan sangat mendasar yang sangat terasa bagi perkembangan prestasi olah raga di Indonesia ialah dengan tidak adanya kejelasan kepada para insan olah raga khususnya para pelatih dan para atlit mengenai masa depan kehidupannya, mereka dihadapkan kepada dua pilihan; apakah akan menggeluti terus bidang olah raga atau : berbalik arah melanjutkan sekolah atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak atlit yang masih memiliki potensi kehilangan motivasinya untuk berprestasi karena dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh fakta yang jelas ditemui di kalangan dunia olah raga, dimana atlit-atlit yang pada masa jayanya memberikan sumbangsih prestasi bagi Negara dengan prestasinya yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, pada masa-masa setelah tidak berprestasi lagi kehidupannya sangat memprihatinkan, ada beberapa peraih medali emas di Asian Games dan kejuaraan lainnya, profesinya hanya sebagai tukang beca, tukang dagang teh botol, dan sebagai tukang parkir, dan banyak lagi contohnya. Kondisi seperti inilah yang mengakibatkan para orang tua tidak berkenan lagi mendorong para anak-anaknya untuk menggeluti dunia olah raga prestasi, mereka lebih mendorong anak-anaknya untuk memilih sekolah demi masa depannya dibandingkan dengan berprestasi di bidang olah raga, dengan demikian maka semakin sedikit potensi atau bibit-bibit calon olahragawan di Indonesia.
Ø  Sistem dan Pola Pembinaan Olahraga prestasi di Indonesia.
Salah satu penyebab utama dari terpuruknya prestasi olah raga di Indonesia yang diakibatkan oleh reformasi politik adalah lemahnya penerapan sistem pembinaan dari organisasi dan manajemen oleh para pengurus cabang olah raga prestasi di Indonesia. Banyak pengurus cabang olah raga tidak memiliki skill dan kompetensi di bidang olah raga, mereka berangkat dari kalangan politisi, Ormas dll, olah raga hanya dijadikan tempat untuk mempromosikan diri sebagai anggota dewan, baik tingkat pusat maupun tingkat kabupaten/kota, menjadi pengurus olah raga hanya dijadikan alat sebagai lahan pencarian materi bagi kepentingan kelompoknya, prestasi olah raga bukan lagi menjadi prioritas utama, organisasi dan manajemen pembinaan olah raga prestasi menjadi salah urus, sistem pembinaan dan pola pembibitan tidak berjenjang, cara rekrutmen atlit lebih bersifat dadakan secara sporadis disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu, pembinaan terkesan asal-asalan sehingga menghasilkan prestasi olahraga menjadi seadanya dan asal-asalan juga. Di samping itu para Pembina dan pengurus cabang olahraga prestasi lebih fokus kepada bagaimana mencari dana sebanyak-banyaknya, tetapi hanya sedikit yang disalurkan kepada kebutuhan pembinaan atlit untuk berprestasi.
Kondisi seperti ini terjadi di semua cabang olah raga prestasi, dimana akhirnya membuat para insan olah raga menjadi apatis, kehilangan kepedulian dengan perkembangan olahraga prestasi di Indonesia, para pemerhati, sponsor, donator, masyarakat peduli olah raga, tidak lagi mempunyai keinginan berkontribusi bagi peningkatan prestasi olah raga, dimana hal ini salah satunya disebabkan tidak adanya transparansi dari sisi penggunaan anggaran/keuangan oleh para pengurus dari cabang olahraga tsb.
Ø  Pembinaan Olah Raga Bolavoli di Jawa Barat
Berbicara mengenai olah raga prestasi di Indonesia salah satunya adalah cabang olah raga bolavoli, yang terdiri dari bola voli indoor dan bolavoli pantai/pasir. Sebagai contoh saya mengambil sampel cabang olahraga bolavoli di Jawa Barat. Sebagaimana kita ketahui cabang olah raga bolavoli adalah merupakan cabang yang paling banyak diminati dan populer di masyarakat bahkan hanya cabang ini lah yang sanggup menyentuh sampai ke tingkat wilayah paling bawah yaitu dipertandingkan baik oleh remaja, ibu-ibu para orang tua setiap perayaan hari proklamasi 17 Agustus di tingkat RT. Cabang olahraga bolavoli disamping sebagai olahraga prestasi juga merupakan olahraga rekreasi yang secara luas digandrungi dan disukai oleh berbagai lapisan masyarakat secara luas, dan apabila para pembina dan para pencari bakat bagi calon-calon atlit bolavoli tidak akan menemui banyak kesulitan.   Jawa Barat pada beberapa tahun kebelakang adalah sebagai penyuplai atlit-atlitnya di tingkat nasional/penghuni Pelatnas ( Pusat Pelatihan Nasional) yang dipersiapkan mewakili Indonesia ke ajang Event internasional, contohnya untuk bolavoli indoor putra saja, atlit penghuni Pelatnas dari Jawa Barat sebanyak  6 (enam) orang, atlit putri penghuni Pelatnas hampir semua pemain intinya berasal dari Jawa Barat, atlit bolavoli pantai/pasir putra dan putri juga beberapa diisi oleh atlit dari Jawa Barat. Tetapi sekarang pada kenyataannya tidak ada satupun atlit maupun pelatih khususnya di kelompok putra yang berasal dari Jawa Barat, ini membuktikan dengan jelas bahwa pembinaan prestasi olah raga prestasi di Jawa Barat khususnya cabang bola voli mengalami penurunan atau kemunduran.
Berdasarkan observasi dan pemantauan yang cukup lama dengan ditambah lagi data dan fakta  yang secara langsung dialami oleh penulis, maka dapat disimpulkan sementara bahwa penyebab utama dari kemunduran prestasi olah raga khusunya cabang olahraga bolavoli adalah salah urus dari sisi organisasi dan manajemen pembinaan, mulai dari pembibitan, cara rekrutmen/penjaringan atlit, metode pelatihan dan penyelenggaraan pertandingan atau kompetisi yang secara kualitas dan kuantitas belum memadai.
Berbagai pengertian organisasi telah dirumuskan para ahli diantaranya:
1. Organisasi adalah sekumpulan individu yg bekerja sama untuk mencapai tujuan dan unsur-unsurnya sbb:
 a) Suatu organisasi terbentuk dari sejumlah orang atau individu
 b) Organisasi dirancang atau dibentuk untuk mencapai suatu tujuan   tertentu
 c) Dalam organisasi terdapat suatu struktur formal yg memungkinkan terjadinya komunikasi dan kolaborasi
 d) Dalam organisasi terdapat pembagian kerja yg dirancang untuk mengalokasikan tanggungjawab, baik dalam penyusunan kebijakan maupun dalam mengendalikan kegiatan yg dikerjakan untuk mencapai tujuan yg dikehendaki. ( Petters, 1967:35).
Organisasi adalah unit-unit sosial (pengelompokan manusia) yg dibentuk dan dibentuk kembali dengan sengaja untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, yg mempunyai ciri sbb:
    a) Adanya pembagian tanggungjawab serta kekuasaan dan komunikasi
    b) Adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yg mengendalikan usaha organisasi bagi tercapainya tujuan organisasi ( Etzioni ,1964:3).

Disamping  faktor Organisasi maka sisi lain yg sama pentingnya adalah Manajemen, guna menjamin keberhasilan penyelenggaraan pembinaan olah raga prestasi.
Manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai rumusan, tetapi secara prinsip terdapat sekurang-kurangnya lima fungsi pokok manajemen ialah:
1. Perencanaan ( Planning)
2. Pengorganisasian ( Organizing)
3. Penyusunan personalia ( Structuring)
4. Pengarahan ( Actuating)
5. Pengawasan ( Controling)

Ke lima fungsi ini merupakan fungsi pokok yg harus dilaksanakan agar kelangsungan hidup suatu organisasi dapat dipertahankan. Demikian pula dengan organisasi Olah raga prestasi seperti halnya PBVSI, ( Santosa, 2012).
Ø  Contoh Struktur Organisasi PBVSI yang lebih Efisien dan efektif.

PB PBVSI
PENGDA-PENGDA
PENGCAB-PENGCAB DI KABUPATEN/KOTA
SEKRETARIS
BENDAHARA
BIDANG
BIDANG
BIDANG
BIDANG
 












Faktor-faktor dari organisasi dan manajemen yang secara kongkrit memberikan kontribusi kepada penurunan prestasi olahraga bolavoli di Jawa Barat khususnya dan Nasional pada umumnya antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Faktor kepemimpinan : Kepemimpinan yang lemah, tidak tegas dan tidak konsisten, pada setiap tingkatan kepengurusan baik di tingkat Pusat maupun di tingkat cabang.
2.      Faktor Struktur :  Struktur organisasi yang gemuk tetapi miskin fungsi
3.      Faktor tugan dan wewenag : Tidak adanya kejelasan mengenai tugas dan wewenang dari setiap pengurus serta tidak memiliki SOP yang jelas, serta job diskripsi atau pembagian tugas secara tegas.
4.      Faktor Skill : Tidak dimilikinya skill dan kompetensi dalam bidang olahraga khususnya cabang olahraga bolavoli
5.      Faktor Kepengurusan : Para pengurus cabang maupun daerah bukan dan tidak memiliki atlit binaan ( tidak memiliki klub)
6.      Faktor Transparansi : Tidak adanya transparansi anggaran dan keuangan
7.      Faktor Perencanaan : Tidak memiliki Roadmap ( program /target jangka panjang bagi pembinaan).
8.      Faktor Anggaran : Kurangnya anggaran dan biaya pembinaan dari KONI atau Pemerintah kepada klub-klub Pembina atlit di daerah-daerah.
9.      Faktor  Sarana dan prasarana : Sarana dan prasarana yang terbatas dan kurang memadai bagi peningkatan prestasi
10.  Faktor Pengurus: Pengurus organisasi cabang olahraga tidak memperhatikan dan memperjuangkan masa depan para pelatih dan para atlit pasca berhenti berprastasi.
11.  Faktor teknis: kurangnya pelaksanaan kompetisi baik di tingkat Provinsi maupun tingkat daerah Kabupaten/Kota bahkan sampai di tingkat kecamatan dan desa.
12.  Faktor Kompetisi: kompetisi olahraga  bolavoli seharusnya melibatkan semua komponen masyarakat, misalnya kompetisi berjenjang dari usia pemula, usia remaja, usia dewasa, baik itu antar sekolah dasar ( SD), antar sekolah menengah pertama ( SMP), antar sekolah menengah atas                        ( SMA/SMK), antar perguruan tinggi ( PT), antar perusahaan ( Bank, BUMN dan Swasta lainnya, antar Dinas-Dinas, antar Instansi, antar Lembaga dan lain lainnya, sehingga olahraga akhirnya merupakan sebuah kebutuhan yang mendasar serta dengan mengembalikan slogan yang dahulu pernah populer yaitu  “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”.


Ø  Solusi penyelesaian permasalahan pokok.
Secara garis besarnya Agar Penyelenggaraan Pembinaan olahraga prestasi dapat benar-benar berjalan dengan baik dan efektif haruslah senantiasa memperhatikan dan menerapkan berbagai asas ataupun fungsi yg terdapat pada organisasi dan manajemen. Tanpa adanya kemauan dan kemampuan untuk itu, sulit diharapkan penyelenggaraan pembinaan olahraga prestasi pada semua cabang olahraga di Indonesia dapat benar-benar baik dan sehat.
        Realita di lapangan menyatakan bahwa  penyelenggaraan pembinaan olahraga prestasi di Indonesia membuktikan bahwa masalah atau faktor organisasi dan Manajemen ini masih merupakan titik rawan.    .
Penelitian mengungkapkan bahwa : Ketidakjelasan dalam uraian tugas ( job discription), struktur organisasi yg ruwet dan sebagainya, merupakan kendala-kendala organisatoris dan manajerial yg dihadapinya. Karena itulah, Pemerintah dan para Pembina olahraga prestasi perlu memberikan perhatiannya yang sungguh-sungguh pada masalah Organisasi dan Manajemen ini.
Di dalam rangka penyelesaian permasalahan pokok yang telah dipaparkan di muka maka ada beberapa langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh seluruh stake holder insan bolavoli terutama dalam hal ini pemerintah melalui Kemenpora dan Koni/Koi.
Strategi pertama : Melakukan pembenahan dalam hal regulasi dan kebijakan yang menyangkut perihal tata cara berorganisasi di lingkungan olah raga ( perumusan kembali Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga               ( AD/ART) dari semua cabang olahraga prestasi.
Strategi kedua : Perampingan struktur organisasi sehingga menjadi efisien dan efektif didalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Strategi ketiga : Dibuatkan sistem dan mekanisme kerja serta Standar Operating Prosedure ( SOP) yang lebih jelas dan dibuatkannya uraian tugas                ( job discriptions) secara tegas dan konsisten.
Strategi keempat : Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pemerintah, baik itu Kemenpora, Kemendikbud, Koni, Koi, Media Cetak maupun media elektronik, dunia bisnis dan lembaga swasta lainnya yang berhubungan dengan ke olahragaan.
Strategi kelima : Melaksanakan pelatihan melalui seminar-seminar kepada para pengurus dan Pembina mengenai materi pengelolaan organisasi dan manajemen pembinaan olahraga prestasi yang modern dan professional dengan mengundang para nara sumber yang akhli dan piawai di bidangnya.
Strategi keenam : Melaksanakan Rekrutmen bibit-bibit atlit semua cabang olahraga dengan ketat yang dilaksanakan oleh Kemenpora bekerjasama dengan Koni/Koi, yang kemudian dilaksanakan pemusatan latihan secara nasional dalam jangka panjang yang sepenuhnya dibawah tanggungan Negara.
Dengan demikian apabila disimpulkan secara lebih ringkas maka : “Untuk memperbaiki dan menjadikan solusi bagi prestasi olah raga bolavoli di Jawa Barat khususnya dan semua cabang olah raga pada umumnya, yaitu dengan mengatasi dan kalau mungkin harus menghilangkan dengan segera semua kendala-kendala yang telah menjadikan prestasi olaraga menjadi terpuruk seperti sekarang ini.
Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah : Bagaimana melakukan/melaksanakan/memilih/menempatan orang-orang sebagai pengurus cabang olahraga bolavoli khususnya dan cabang olahraga lainnya, harus benar-benar jatuh kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan memiliki komitmen yang kuat tanpa mehitung untung ruginya dalam mengurus dan membina serta memajukan cabang olagraga bolavoli dan cabang-cabang olahraga lainnya di Jawa Barat khususnya dan di tingkat nasional umumnya.
Hal yang sangat penting lainnya dan masalah yang paling mendasar dalam rangka meningkatkan semangat dan motivasi dari para atlit olahraga prestasi adalah dengan memberikan Jaminan bagi masa depan atlit yang seharusnyalah datang dari pemerintah dengan menyediakan lapangan kerja atau memberikan kesempatan untuk bekerja di pemerintahan sebagai hadiah atau reward atas hasil perjuangan dan pengorbanannya baik waktu, tenaga dan segala-galanya sebagai bentuk pengabdian kepada Negara melalui bidang olahraga prestasi. Sehingga pada gilirannya motivasi dan kecenderungan orang untuk menggeluti dunia olahraga prestasi akan semakin meningkat dan pada gilirannya akan membuat/menjadikan bermunculannya bibit-bibit baru yang potensial yang akhirnya akan kembali memberikan kontribusi kepada peningkatan prestasi olahraga di Indonesia dan puncaknya akan menjadikan seluruh masyarakat memiliki rasa kebanggaan kepada para atlitnya.
Demikian tulisan ini semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua dan semoga olahraga prestasi di Indonesia kembali membawa nama harum bangsa Indonesia di tingkat Dunia.
Amien.





Latar belakang Penulis



Nama             :   DR. H. Deddy Pandji Santosa, S.Sos,.M.Si


1.      Penulis adalah sebagai Pembina bolavoli klub Kotab’99,

2.      Pengurus PBVSI Kota Bandung Periode 1995-2005,

3.      Pengurus PBVSI Jawa Barat Bidang Bolavoli Pantai/pasir Periode 1997 – 2011,

4.      Manajer Bolavoli Yunior pa/pi indoor/pasir Jawa Barat ( 1996, 1997, 1998, 2000),

5.      Manajer bolavoli pasir yunior/senior pa/pi, pada beberapa kejuaraan tingkat nasional dan kualifikasi PON Th 2004, 2008, dan berbagai event lainnya.



2 komentar:

  1. Penulis mengharapkan saran dan masukan secara konkrit bagi perbaikan prestasi olahraga di Indonesia

    BalasHapus
  2. Tulisan sangat membantu dan menunjang perkembangan Bola Voli kita, tidak saja hanya untuk pengurus dan organisasi dengan demikian sekaligus mengarahkan dan membatasi tujuan demi tercapainya prestasi Bola Voli itu sendiri. Dengan Kepengurusan yang memang menggunakan dan menempatkan orang yang tepat pada tempatnya itu mereka akan berkinerja sesuai dengan medannya, dan tentunya untuk menuju ke satu titik yaitu pencapaiab prestasi bolavoli kita. Selamat Pak""

    BalasHapus