JOURNAL ILMIAH
Perencanaan Pembangunan
Solusi atau Masalah?
Oleh
:
Deddy Pandji
Santosa
Abstrak
Perencanaan dapat menjadikan sebagai sebuah solusi bagi
persoalan-persoalan pembangunan di masyarakat, tetapi dapat pula menjadi
masalah bagi masyarakat tergantung dari bagaimana perencanaan itu dibuat.Perencanaan
akan menjadi solusi apabila proses penyusunan perencanaan tersebut
mempergunakan perencanaan partisipatif dan adaptif, sebaliknya perencanaan akan
menjadi masalah bagimasyarakat apabila proses penyusunannya menggunakan proses
topdown dan lebih mementingkan kepentingan elit atau kelompok tertentu dan
kuatnya pengaruh politik, serta tidak didukung oleh data yang lengkap.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang melibatkan banyak unsur sebagai
input anatra lain: Aspirasi masyarakat, Lingkungan, data yang lengkap, Pemetaan
masalah secara akurat, dukungan politik, dukungan teknologi dan anggaran yang
memadai. Perencanaan harus merupakan sebuah produk kebijakan yang dapat
diterima seluruh masyarakat dan sebagai landasan pelaksanaan program kegiatan
Pemerintah.
(
Kata kunci : Participations, Politics, Technologic, Environmental ).
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Perencanaan, menurut Albert Waterston
(1965, hal 26), adalah suatu kegiatan 'yang diorganisir, secara sadar dan terus
menerus dalam usaha untuk memilih alternatif terbaik yang tersedia dalam rangka
mencapai tujuan tertentu'.
Definisi ini dapat dijadikan dasar dalam
rangka mengidentifikasi topik yang akan menjadi fokus pembahasan , walaupun
masih banyak definisi lain yang dapat dijadikan alternatif dalam istilah
perencanaan (Conyers, 1982, pp. 1-2).
Definisi inti yang diperdebatkan yang
menjadi persaingan adalah mengenai konsep tentang sifat perencanaan. Di satu
sisi adalah model yang ideal envision
rencana teknis sebagai produk crafted
imparsial, oleh para pakar dianggap memiliki akses ke semua data yang
diperlukan, dan hampir memiliki kapasitas analisis yang tak terbatas.
Di sisi lain adalah model deskriptif ilmu politik, yang melihat
perencanaan sebagai sebuah proses politik yang melibatkan interaksi dari
berbagai individu dan organisasi melalui proses tawar-menawar dan negosiasi,
dari berbagai kekuatan, untuk mencapai tujuan itu, (Schaffer, 1984).
B. Perencanaan di negara-negara berkembang :
1.Sebuahsejarahsingkat
Selama masa di mana negara-negara Asia dan Afrika memperoleh kemerdekaan, percaya bahwa manfaat dari perencanaan pembangunan sangat luas : "Perencanaan nasional tergambar pada lagu kebangsaan dan bendera nasional sebagai simbol kedaulatan dan modernitas” (Waterston , 1965, hal 28). Pemerintah akan memastikan bahwa dengan perencanaan negara miskin, yang semula mengandalkan pertanian akan menjadi negara kaya, dan akan menjadi negara-negara industri dalam beberapa dekade. Hal tersebut diatas berdasarkan antara lain :
Selama masa di mana negara-negara Asia dan Afrika memperoleh kemerdekaan, percaya bahwa manfaat dari perencanaan pembangunan sangat luas : "Perencanaan nasional tergambar pada lagu kebangsaan dan bendera nasional sebagai simbol kedaulatan dan modernitas” (Waterston , 1965, hal 28). Pemerintah akan memastikan bahwa dengan perencanaan negara miskin, yang semula mengandalkan pertanian akan menjadi negara kaya, dan akan menjadi negara-negara industri dalam beberapa dekade. Hal tersebut diatas berdasarkan antara lain :
Pertama, ada
pengalaman masa lalu.
Negara-negara yang baru merdeka memilih sistem
sosialis kontemporer dengan melihat kekuatan Uni Soviet yang sudah terbukti
keberhasilannya melalui perencanaan terpusat. Mereka yang lebih attuned ke kapitalis Barat mendengar tentang keajaiban dicapai oleh
Marshall Plan Eropa pada saat rekonstruksi dan efisiensi waktu dalam
perencanaan perang di Inggris dan Amerika Serikat.
Kedua, ada teori.
Perkembangan teori sosialis entailed kontrol negara lebih kepada
perekonomian sehingga perencanaan yang dibuat oleh Negara hanya perencanaan
untuk peningkatan ekonomi. Teori pembangunan kontemporer liberal (yang tidak berpihak
ke pasar bebas pada waktu itu), kedua-duanya lebih besar mendorong sektor varian yang diandalkan pada
perencanaan yang komprehensif untuk mengawali ekonomi menjadi ekonomi yang menghasilkan
(Rondineni, 1993;
34) . Ketiga, akses ke sumber daya
keuangan internasional biasanya tergantung kepada yang memiliki rencana dasar
sebagai syarat bagi lembaga donor.
Akhirnya,
ada tekanan politik domestik pada pemimpin nasional untuk tetap populer, dan
menunjang legitimasi mereka. Pemerintah digunakan
untuk menjelaskan cara yang cepat dan pertumbuhan ekonomi nasional akan dapat
tercapai.
Perdana Menteri Nehru dari India menyatakan
bahwa perencanaan dan pembangunan menjadi
masalah yang matematis yang bisa terjadi secara tidak ilmiah.
II. DEFINISI DAN KAJIAN
PERENCANAAN
A. Perencanaan pembangunan Nasional
Perencanaan
pembangunan nasional adalah usah pemerintah secara sengaja untuk
mengkoordinasikan secara langsung dengan pengawasan dan berkesinambungan untuk
meningkatkan variabel ekonomi bangsa (pendapatan, konsumsi, lapangan kerja,
investasi, penyimpanan, ekspor, impor, dll) yang ditentukan untuk mencapai
tujuan pembangunan yang ditetapkan. (Todaro, 1994, hal 566)
Tony
Killick (1976) telah mengidentifikasi enam karakteristik utama untuk rencana pembangunan nasional:
1. Rencana
pembangunan mengetengahkan tujuan kebijakan pemerintah dengan penekanan pada
pembangunan ekonomi.
2. Sebuah strategi
untuk mencapai tujuan yang teridentifikasi.
3. Perencanaan terdiri dari prinsip-prinsip yang secara internal konsisten diimplementasikan secara optimal yang mengarahkan kepada pengambilan keputusan
4. Perencanaan berusaha untuk memahami , mempengaruhi keseluruhan kajian ekonomi
3. Perencanaan terdiri dari prinsip-prinsip yang secara internal konsisten diimplementasikan secara optimal yang mengarahkan kepada pengambilan keputusan
4. Perencanaan berusaha untuk memahami , mempengaruhi keseluruhan kajian ekonomi
5.Perencanaan
menggunakan suatu model makro ekonomi
6. Perencanaan
pembangunan mencirikan cakupan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.
B.Janji dan kinerja.
Banyak agenda
perencanaan pembangunan yang dijanjikan tidak bisa terwujud.
Waterston
(1965, hal 293) menilai ternyata dari implementasinya di pembangunan banyak
yang gagal ketimbang yang berhasil.
Apa
yang telah salah dengan perencanaan pembangunan? Para analis (Caiden dan
Wildaysky, 1990; Killick, 1976; Rondinelli, 1993; Waterston, 1965) menyimpulkan
enam poin utama:
Pertama, Perencanaan itu
direncanakan secara ambisius.
Kedua, data yang
diambil dari sumber yang tidak valid, jadi hanya berdasarkan
intuisi.
Ketiga, metode
yang digunakan dalam perencanaan tidak bersifat analitis.
Keempat minimnya
penanggulangan masalah-masalah yang muncul dalam proses perencanaan.
Kelima, adanya kelemahan
lembaga atau institusi
Keenam, bersifat politis.
Sejumlah masalah
telah diidentifikasi oleh para penulis (Chambers, 1983; Johnston dan Clark,
1982; Hulme, 1994a; Rondinelli, 1993), yaitu meliputi:
1.
kealamiahan masalah
pembangunan
2.
data yang tidak valid
3.
ketidakyakinan
4.
pemisahan perencanaan
dari pemerintah
5.
kurangnya partisipasi
6.
proyek dan politik
III. PEMBAHASAN
A. Proyek Perencanaan
Di
tahun 1960-an dan 1970 an banyak proyek menjadi sangat berarti bagi pemerintah
hususnya bagi Negara berkembang yang berhasil menterjemahkan rencana rencana
serta kebijakannya kedalam program-program yang riil ( Rondineli 1993.5). Proyek dilihat sebagai
ujung tombak pembangunan( Gittinger 1982.1) dimana sumberdaya dikompersi
menjadi mata pencaharian yang berkembang sebagai sumber daya ekonomi. Inti dari
metodologisnya adalah lingkaran seperti terlihat pada diagram dibawah :
Lingkaran proyek konvensional
B. Pendekatan
Alternatif Terhadap Proyek Perencanaan
Ada
dua konsep dasar mengenai proposal, yaitu: adaptive administration dan
participatory rural appraisal.
1. adaptive
administration
Rondinelli
(1993) yakin bahwa pendekatan eksperiment yang menempatkan perencanaan,
implementasi dan monitoring sangatlah merupakan hal yang esensi, karena
mencakup hal-hal yang penting seperti: informasi yang terbatas, resiko tinggi,
ketidakyakinan dan manipulasi politik. Sebaliknya, pada hal, ini diperlukan
adanya pembelajaran, pengalaman,kreativitas, fleksibel dan akses pada
pengetahuan lokal.
2. Participatory rural
appraisal.
Pada poin kedua ini
yang diperlukan adalah keterlibatan dalam identifikasi proyek, pemilihan,
desain, implementasi dan evaluasi. Dengan demikian,para perencana meyadari
bahwasanya tidak ada pendekatan
yang sempurna untuk perencanaan pembangunan. Pendekatan yang sangat tepat itu
akan sangat bergantung pada objektif dan konteks.
C. Proses
Perencanaan Politik dan Teknokratik
Untuk mendapat
suatu rencana yang optimal maka rencana pembangunan hasil proses politik harus
digabung dengan hasil rencana pembangunan versi teknokrat dengan selaras.
Contoh Model dibawah ini :
D. Proses Perencanaan Partisipatif
1.
kinerja
prakarsa pembangunan sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait (stakeholders).
2.
pelaku pembangunan berasal
dari semua aparat penyelenggaraan negara (eksekutif, legislatif, dan
yudikatif), masyarakat, rohaniawan, dunia usaha, kelompok profesional,
organisasi-organisasi non pemerintah, dll.
E. Proses Perencanaan Top-Down Dan Bottom-Up
Dilaksanakan dengan tujuan antara lain menyelaraskan semua kegiatan
pemerintah dan masyarakat. Penyelarasan rencana-rencana lembaga pemerintah
dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan yang dilaksanakan baik di tingkat
pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.
F. Tahap-Tahap Dalam
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
( Menurut Undang-Undang No 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ).
1.
Penyusunan
Rencana
a.
penyiapan rancangan
rencana pembangunan oleh lembaga perencana yang bersifat rasional, ilmiah,
menyeluruh, dan terukur
b.
penyiapan rancangan
rencana kerja oleh kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah sesuai
dengan kewenangan
c.
musyawarah
perencanaan pembangunan
d.
penyusunan
rancangan akhir rencana pembangunan
2.
Penetapan
Rencana
a.
RPJP Nasional dengan UU/PP
dan RPJP Daerah dengan Perda.
b.
RPJM dengan peraturan
Presiden/Kepala Daerah RKP/RKPD dengan Peraturan Presiden/Kepala Daerah
c.
Pengendalian pelaksanaan
rencana adalah wewenang dan tanggung jawab pimpinan kementrian/lembaga/ satuan
kerja perangkat daerah
d.
Evaluasi Kerja
IV. KESIMPULAN.
Berdasarkan
uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Walaupun perencanaan itu tidak selalu
berhasil dan sesuai dengan harapan, tidak berarti bahwa perencanaan itu menjadi
tidak diperlukan, tetapi bagaimana caranya agar perencanaan itu sesuai dengan
prinsip-prinsip perencanaan yang baik.
2. Perencanaan Nasional lebih mengedepankan
kepentingan pusat dan terkesan sentralistik serta penyeragaman, tanpa
memperhatikan kepentinan regional atau lokal.
3. Perencanaan di Negara-negara berkembang pada
umumnya lebih kepada orientasi ekonomi, baik secara makro maupun secara mikro.
4. Perencanaan Di
Negara berkembang bisa menjadikan solusi bagi kebutuhan pembangunan dan bisa
juga menjadikan masalah bagi pembangunan itu sendiri tergantung kepada
bagaimana proses perencanaan itu disusun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar